Photobucket
Posting Terbaru

Kekerasan Dalam Pendidikan

Selasa, 16 Juni 2009 , Posted by Edp_syntx6 at 20.02


Wind Beneath My School - Kekerasan Dalam Pendidikan, Haruskah?


Sekolah, sekolah, sekolah! Ya, back to school is ready steady go! Geliat pelajaran makin kerasa, dan waktu seolah cepat menembus dimensi ruang. Huff....pelajaran makin susah, kok masih aja dimarahin guru..
"Eh, bukan cuma dimarahin, ditempeleng pula! Yakinlah sumpah..."
Belum lagi, cekcok ma temen cuma gara-gara kalah maen sepakbola pas pelajaran olahraga,
"Eh, eh, bukan cuma ribut ezt....Aq gampar dia, trus dia bales tonjok mukaku. Yakinlah sumprit..!!"

Jangan salah, cerita di atas pasti sngat lekat dengan profil pelajar masa kini, apalagi usia-usia SMA. Yang maen tawuran, duel 1 lawan 1, sampe gebuk-gebukan gara-gara salah senggol cewek orang. Sudah alamat, ini memunculakan indikasi kuat bahwa kekerasan dalam pendidikan ( bukan KDRT lho..) jelas makin tahun makin parah. Sebelum kalian bertanya, alangkah baiknya jika penulis tanyakan lebih dahulu :"Kok bisa ya?"

(*mikir...)

Kepercayaan. Sudah barang tentu, ini poin terpenting dalam dunia pendidikan ( baca : kegiatan belajar mengajar ). Sayangnya, tak banyak orang yang sadar kalau rasa saling percaya pada guru dan sesama teman adalah kunci sukses pendidikan sejak jamannya eyang Aristoteles mengajar. Padahal, apa yang sebenarnya dimaksud dengan kelas adalah kumpulan orang-orang dengan jiwa dan harapan yang saling terhubung satu sama lain. Apa yang menjadi dasar ini adalah fakta bahwa makin tidak percaya guru terhadap muridnya ( atau sebaliknya ) makin besar terjadi permusuhan pribadi yang mendorong terjadinya kekerasan fisik. Seperti yang kita semua tahu, era makin berkembang : pos menjadi email, ulek-ulek di dapur sudah bertransformasi menjadi optical mouse yang canggih, dan sudah bukan jamannya lagi kalo para pahlawan tanpa tanda jasa itu masih punya pikiran yang masih amat sangat tradisional yakni hanya kekerasan yang jadi jalan utama menyelesaikan masalah kenakalan pelajar. Wooey...Justru itulah, kekerasan yang dipakai dalam pendidikan sama sekali tidak bisa dikatakan "mendidik". Kenapa? Percaya atau nggak ezt, ini malah akan menambah panjang rantai setan yang bernama "jurang pemisah guru-murid". Menyedihkan, tapi itu fakta di lapangan ezt..

So, apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah murid di kelas oleh guru, bukanlah kekerasan. Hal pertama yang musti dilakukan adalah "talk from heart to heart" alias dari hati ke hati. Ini ezt, akan menubuhkan rasa saling percaya antar guru dan murid - imbasnya, antar murid dan murid juga. Bikin analogi-spekulatif aja, hal pertama yang dipikirkan murid saat ia tahu bahwa ia bisa mempercayai sang guru dan berbagi suka-dukanya bersama adalah tekad untuk merubah diri dan bukannya malah makin agresif bin anarkis, yang ujung-ujungnya bisa dapat memancing emosi guru.
Fiuuhh...begitulah ezt, kekerasan dalam pendidikan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan & perikedilan ( UUD kale...he..3x). Karena sobat, biar bagaimanapun juga, gimana kita bisa membangun negara tanpa peperangan kalo di bangku pendidikan aja masih banyak kekerasan.. Ya nggak?

"No matter how apart we are, our link will be connecting forever" ( tidak peduli berapa jauh pun kita terpisah, hubungan ini akan selalu tersambung selamanya ).

Kepada para pahlawan tanpa tanda jasa, kepada merekalah artikel ini dipersembahkan.

by Monica Sari

Keep in d'Ghost

Currently have 2 komentar:

  1. gloth says:

    wah.. takuutt..
    tapi klo smgtnya kyak gitu bneeran! dGhost gut euy?

Leave a Reply

Posting Komentar