Tekanan Keras, mengakibatkan Ledakan
Rabu, 10 Juni 2009
, Posted by Edp_syntx6 at 09.50
Kualitas suatu generasi akan sangat bergantung pada tiga institusi, yaitu : (1) keluarga; (2) institusi pendidikan, dan (3) masyarakat. Peran keluarga memang sangat penting, namun yang tak kalah pentingnya adalah peranan institusi pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal (SD, SMP/MTS, SMA/SMK/MAN). Ada pepatah mengatakan bahwa “Fondasi sangat penting bagi kokohnya bangunan; semakin kuat fondasi bangunan, semakin kokoh bangunan itu”. Serupa dengan fondasi, para pelajar juga sangat membutuhkan fondasi itu untuk mempersiapkan masa depannya.
Para pelajar zaman sekarang memang akan menghadapi lingkungan dan tantangan yang akan semakin sulit. Untuk itu mereka membutuhkan orang tua pembelajar atau guru yang senantiasa mau membuka diri untuk menjadi pendidik yang semakin arif dan mencerdaskan. Karena salah satu bagian dari kehidupan yang tidak bisa lepas dari filosofi belajar-mengajar adalah para pendidik atau guru.
Setiap pendidik atau guru mempunyai strategi, model dan cara mengajar yang berbeda-beda untuk menyalurkan ilmunya kepada muridnya. Ada yang memakai cara halus, setengah halus dan ada yang cenderung kaku. Guru dengan model pembelajaran yang halus kebanyakan lebih mengutamakan kebebasan kepada muridnya. Kebebasan dalam hal ini adalah kebebasan pada siswa untuk bertanggung jawab sesuai dengan caranya sendiri dan peran guru disini hanya sebagai pengamat. Kemudian, guru dengan cara mendidik setengah halus cenderung memiliki kriteria belajar fifty-fifty (50:50). Peran murid dan guru berjalan beriringan sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sedang guru berkriteria cenderungk kaku, mayoritas berorientasi pada perannya sebagai guru untuk mendidik siswa harus sesuai dengan kehendak maupun apa yang diinginkan ataupun ditargetkannya.
Para siswa pun mempunyai anggapan tersendiri dalam menanggapi berbagai macam tipe mengajar guru tersebut. Ada yang berubah menjadi murid yang amat menghormati guru dan selalu taat, ada yang menjadi amat takut yang berlebihan kepada guru, namun tak sedikit pula yang justru semakin “mejadi” (ngelunjak).
Tanggapan dari siswa yang “semakin menjadi” itulah yang kadang-kadang membuat kesabaran seorang guru menjadi lost control. Sebagai akibatnya para siswa mungkin sering kali diingatkan mulai dengan cara melalui perkataan yang halus, diberi hukuman, bentakan bahkan hardikan pun bisa menjadi jalan terakhir untuk mengingatkan. Namun hal itu acap kali membuat para siswa menjadi dongkol hati dan pikirannya bahkan mereka bisa membenci guru yang sudah memarahinya tersebut. Kekerasan dalam dunia pendidikan memang tidak seharusnnya dilakukan. Yang seharusnya dilakukan adalah mendidik para siswa dengan kasih sayang dan penuh pengertian namun penuh ketegasan dan kedisiplinan. Begitu juga dengan muridnya, sudah sepantasnya mereka menghargai dan mematuhi perintah guru yang juga merupakan orang tua mereka.
Namun, dalam kondisi-kondisi tertentu terkadang kekerasan dalam mengajar itu menjadi sebuah keniscayaan. Hal itu dilakukan untuk menyadarkan para siswa yang lalai. Dan dibalik kekerasan ini sebenarnya tersimpan sebuah kasih sayang yang amat berharga dan sebuah harapan. Yakni agar kelak anak didiknya tidak terjerumus lebih dalam kelalaiannya itu dan segera bangkit menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Dan yang paling penting disini adalah kekerasan itu ditempatkan pada tempat semestinya dan sesuai dengan kapasitas dan tingkat kelalaiannya tentunya. Dengan kata lain kekerasan dalam dunia pendidikan itu sebaiknya merupakan jalan terakhir yang ditempuh untuk mengingatkan mereka yang lalai, namun bukan merupakan jalan satu-satunya untuk mengingatkan.
Masih ada beberapa cara yang lebih efektif dan efisien dalam mengingatkan para siswa yang lalai tersebut. Cara-cara lain itu antara lain dengan kasih sayang, kekuatan, kemandirian dan tanggung jawab. Dengan kasih sayang, para guru akan menghantarkan siswa-siswinya untuk mengasihi dan menyayangi sesama. Seiring dengan itu, di sinilah kecerdasan intelektual maupun emosi akan terbentuk sedikit demi sedikit. Sedangkan dengan kekuatan, kemandirian, dan tanggung jawab, para guru akan menjadikan murid-muridnya menjadi anak yang tegar dan tangguh dalam menjadi berbagai ujian dan cobaan. Serta dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, orang tua mereka, sekolah, bangsa dan agama.
Akhirnya, selamat mejadi pengukir generasi bangsa yang sehat dan cerdas dunia akhirat!!!
by Tia
Keep in d'Ghost
Currently have 0 komentar: